![by flickr/terusberjalan setulang](http://farm4.static.flickr.com/3287/2759467938_859fc24908_m.jpg)
Ini adalah perjalanan paling panjang saat saya di Kalimantan. Perjalanan menuju Setulang kalo dipulau jawa itu bisa di samakan dengan banyuwangi menuju jogja saking jauhnya dan medan yang ditempuh tidak begitu sempurna. Mengendarai Mitsubishi Strada dengan kecepatan rata-rata 100Km/jam di medan yang sangat sulit,membuat saya mabok darat ( lupa nggak minum antimo),
Saya kira waktu udah nyampe Tarakan perjalanan udah selesai, eh ternyata harus lagi menumpangi speed boat yang lumayan besar dari pelabuhan tangkayu menuju ke malinau, sempat berfikir kenapa nggak masuk audisi jejak petualang ajah ya…. hahhaahhaha.Selama tiga jam dengan speedboat sungguh-sungguh sangat disayangkan untuk di sia-siakan. Semakin jauh mengarungi sungai ke hulu, semakin menarik untuk dinikmati.
Kali ini juga saya dapat melihat Bekantan (Nasalis larvatus) bermain di pohon bakau dalam kelombok lumayan banyak dari jarak cukup dekat. Bila beruntung dapat pula melihat beberapa ekor Pesut (Irrawadi dolphin) berenang di alur sungai yang tenang. Tiba di pelabuhan Malinau, dapat langsung menuju hotel atau dapat langsung menuju perkampugan Setulang (tahapan ini, semua capek lunas sudah hahahaahahhahhhahahaa)
Tiba di perkampungan Setulang, dapat langsung
![Rumah Pentas, pada setiap minggu untuk pementasan budaya lokal Rumah Pentas](http://photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs264.snc1/9129_1261439655512_1215318918_30810237_2291316_n.jpg)
Kehidupan desa yang tenang dan asri sangat menambah rasa nyaman. Tak jarang dapat pula dijumpai warga desa yang sedang menjemur padi atau kopi di depan rumah, warga yang akan dan pulang berburu di hutan, pengrajin rotan untuk dibuat berbagai barang seperti anjat, tikar; pengrajin Mandau (senjata khas dayak) dan juga pembuat seraung (topi khas dayak). Menikmati suasana malam di desa ini juga tak kalah mengasyikkan. Pengunjung dapat berdiskusi dengan masyarakat tentang sejarah, kehidupan sehari-hari, budaya bersama dengan warga desa.
Memasuki hutan seluas 5.300 ha, hati akan langsung terpesona saat naik perahu ketinting menelusuri sungai Setulang. Mata akan disuguhi panorama untaian zamrud katulistiwa di kanan kiri sungai beserta kehidupan masyarakatnya. Air sungai yang jernih, udara yang segar menyejukkan hati, batu kecil dan besar yang kadang membentuk giram kecil ditengah atau ditepi sungai Setulang.
Pemandangan ini disuguhkan selama sekitar satu jam serasa melewati taman surgawi. Damai, tenang, asri, sunyi. Bahkan suara kepak sayap burung kecil pun begitu terdengar halus menyapa telinga kita. Jalan surga di akhiri di hingga laga tana olen (pondok istirahat) telah menanti untuk sejenak menikmati kepul teh atau kopi dan kudapan. Perjalanan dapat di mulai dengan mengayunkan kaki menyelusuri jalan setapak / track menuju pohon cifor, pohon berjenis meranti (Shorea sp.) yang ditemukan oleh peneliti CIFOR sebagai titik pengamatan dalam penelitian mereka.
Lebih melangkah lagi, hornbill view akan dicapai. Ini adalah point dimana burung enggang sering muncul. Kaze bezu, pohon besar dengan hampir 927 cm besaran kelilingnya dapat dijumpai di kawasan ini. Puncak Mangkok, puncak tertinggi di kawasan ini memberikan pemandangan bentangan alam hutan tropis bak permadani hijau. Maha Besar Ya Allah. Kau ciptakan keindahan yang membuat kami takjub dan tak dapat mengucapkan satu katapun.
Menyusuri setapak kembali ke bush camp melewati Tenapan. Tenapan adalah air terjun kecil. Air terjun yang mengalir ke bawah ditampung di sebuah kolam renang alami, membuat penat hilang saat tubuh menyatu dengan segar airnya. Puas melepas dahaga di kesegaran kolam renang alami, menyusuri sungai menuju laga tana olen pun mendapat suguhan hutan hujan tropis. Suara binatang yang bercengkrama menandakan kegembiraan hidup mereka di hutan yang terjaga baik. Selain burung Enggang (Hornbill) dapat pula dijumpai burung Raja Udang (King Fisher) bermain di atas air sungai dan mencari makan kemudian sesekali hingga di batang pohon. Inikah Taman Sorga ? Beberapa satwa malam juga tak jarang mendatangi laga / bush camp ini untuk sekedar mencari sisa-sisa makanan atau berjalan saja.Hangatnya api unggun kecil menambah hangat suasana hutan tropis bersama dengan secangkir kopi atau teh penggugah selera. Guide yang mendampingi dapat pula menyediakan berbagai masakan tradisional yang diolah dari alam, seperti ikan sungai yang dimasak dengan bambu dan bumbu daun.
Meninggalkan desa Setulang dengan Tane Olen nya dengan membawa beragam cerita dan pengalaman ditambah beberapa cenderamata menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Sayangsekali, suasana kedamaian hati di Setulang sungguh tidak dapat dibidik dengan kamera kecuali datang langsung dan menikmatinya. Selamat tinggal Setulang, Wish to Back Again
Tidak ada komentar:
Posting Komentar