JANGKAR

Aku berfikir karna itu aku ada dan aku berfikir karna itu aku sadar akan keberadaan ku.

Wilujeng Blogs HIMAPA OSIRIS

HIMAPA OSIRIS....Tuhan Bersama Orang-orang yang Berani!!!Sekretariat:Jl.Soekarno-Hatta No. 456 Bandung

Janji HIMAPA OSIRIS

  1. HIMAPA OSIRIS Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. HIMAPA OSIRIS Berbakti dan Menjalankan kewajibannya kepada bangsa, tanah air dan umat manusia umumnya serta Almamater PKN LPKIA Bandung khususnya.
  3. HIMAPA OSIRIS Menjunjung tinggi kemanusiaan
  4. HIMAPA OSIRIS Sadar bahwa Alam beserta isinya adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dijaga.
  5. HIMAPA OSIRIS Wajib memelihara tali persaudaraan antara Pecinta Alam lain dan sesama anggota HIMAPA OSIRIS.
  6. HIMAPA OSIRIS Wajib menjaga nama baik HIMAPA OSIRIS dan Almamater.

Senin, 11 Januari 2010

Jangan Pernah Merasa Tua Untuk Beraktifitas Dialam Bebas

The reason birds can fly and we can’t is that birds have perfect faith, for to have faith is to have wings ( JM Barrie )
Mendaki gunung, sebuah kalimat yang biasa tercetus dari kalangan anak-anak muda mulai usia belasan tahun hingga di atas 20 tahunan dalam mengisi masa liburan sekolah mereka. Kemampuan fisik biasanya menjadi faktor utama dalam melakukan suatu kegiatan pendakian gunung atau aktifitas dialam bebas. Beraktifitas dialam bebas ataupun mendaki gunung yang dilakukan setelah usia diatas 40 tahun bahkan untuk pertama kalinya merupakan suatu hal yang luar biasa bila tidak memiliki stamina yang baik dan tekad yang kuat. Dalam kalimat puitis di atas, digambarkan bagaimana seekor burung memiliki suatu keyakinan untuk dapat terbang karena memiliki sayap, sedangkan kita tidak. Disinilah kita dituntut apakah memiliki keyakinan,
seyakin burung-burung tersebut ? yakin bahwa kita dapat beraktifitas disuatu kegiatan dialam bebas atau mendaki gunung yang menuntut stamina fisik yang prima ? jawabannya adalah seberapa yakin kita memiliki bekal modal dalam melakukan aktifitas tersebut. Yang dimaksud dengan modal adalah berupa energi yang ada dalam diri kita dan ada disekitar kita, yakni :


1.      Kemampuan Teknis, yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan serta efisiensi penggunaan perlengkapan.

2.      Kemampuan Kebugaran, mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan  untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya serta kemampuan pengkordinasian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam


3.      Kemampuan Kemanusiaan, yaitu pengembangan sikap positif kesegala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup dterminasi (kemauan), percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisa diri, kemandirian serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.

4.      Kemampuan Pemahaman Lingkungan, yaitu pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya Dari lingkungan yang spesifik.

Keempat kemampuan tersebut, memang tidaklah mudah dalam penguasaannya apalagi bila kegiatan pendakian gunung dilakukan dalam usia yang tidak muda lagi, namun hal tersebut bukanlah suatu keniscayaan.



Sebagaimana yang dilaksanakan oleh para anggota Tarumanagara Adventure Club dalam berbagai aktifitas dialam bebas mulai pendakian gunung, touring motor, penjelajahan hutan, dan lain sebagainya yang menuntut penguasahaan keempat kemampuan tersebut. Kegiatan paling anyar yang dilaksanakan oleh Tarumanagara Adventure Club adalah Junggle Trekking dalam rangka peringatan HUT I Tarumanagara Adventure Club pada tanggal 15 – 16 Juni 2007 dengan mengambil lokasi di Gunung Gede Jawa Barat. Dengan pendanaan yang difasilitasi Bank BRI Unit Jembatan Dua, kegiatan Junggle Trekking diikuti oleh peserta yang telah berusia mulai 35 tahun sampai dengan 45 tahun, dengan target dari kegiatan tersebut adalah memupuk suatu kebersamaan dan kerjasama kelompok tanpa suatu keinginan untuk menggapai puncak Gunung Gede. Kegiatan junggle trekking itu sendiri direncanakan 2 bulan sebelumnya, dimana seluruh peserta diberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri baik secara pisik maupun mental dalam menghadapi kegiatan yang cukup berat tersebut. Dilepas oleh penasehat  Tarumanagara Adventure Club (TAC) yakni Bpk. DR. Shidarta, SH. M.Hum (Purek IV) didepan Gedung Utama Untar pada tanggal 15 Juni 2007 pada jam 17.30 WIB dengan mengendarai mobil truk tronton, para peserta yang selama ini terbiasa dengan kendaraan yang nyaman bila bepergian harus merasakan kerasnya hentakan-hentakan mobil tronton. Setelah hampir 4 jam dalam perjalanan Kampus I Untar hingga Taman Cibodas yang membosankan karena macet, penuh asap mobil dan tubuh sakit semua karena kerasnya hentakan kendaraan, kami tiba di Pos Pendakian Taman Cibodas Jawa Barat  pada jam 22.00 WIB.Cibodas merupakan base camp pendakian yang berada diketinggian 1450 mdpl. Daerah ini masuk wilayah Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dengan suhu berkisar antara 080 – 250 C. Kegiatan junggle trekking itu sendiri dimulai  pada jam 23.00 WIB yang akan menempuh jarak sejauh 9,7 km dan sebelumnya diadakan pengarahan medan lintasan serta pengecekan ulang perlengkapan dan perbekalan seluruh peserta. Disinilah konsep keempat kemampuan itu mungkin lebih sederhana kalau kita kaitkan langsung dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Tarumanagara Adventure Club ini. Dalam merencanakan dan melakukan perjalanan, tentunya harus dilakukan persiapan yang baik, sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan aman, sehingga dapat kembali pulang dengan selamat.  Dengan cuaca malam saat itu cukup cerah, dimana bintang-bintang seolah tumpah menghujam kebumi, setapak demi setapak lintasan mulai dijalani. Usia yang tidak muda lagi bukan menjadi hambatan dalam menapaki jalan yang mulai mendaki. Beberapa peserta yang awalnya cukup pesimis untuk mengikuti kegiatan junggle trekking ini karena merasa masih kurang cukup dalam berlatih phisik, ternyata dapat melampaui lintasan-lintasan sepanjang 5,3 km mulai Telaga Biru, Pertigaan Cibereum, hingga lokasi peristirahatan / base camp Tarumanagara Adventure Club yang berada di Sungai Air Panas. Berpetualang dialam bebas adalah secara sadar menghadapi tantangan yang akan menuntut kemampuan kita yang terbaik, secara fisik, mental maupun emosional. Untuk itulah mengambil keputusan untuk berhenti dan beristirahat setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan sangat melelahkan apalagi dalam cuaca malam yang sangat dingin merupakan keputusan yang bijak. Setelah memasang tenda-tenda, kamipun mengambil kesempatan beristirahat tersebut dengan sebaik-baiknya. Walaupun target awal tidak akan menggapai puncak Gede, namun sekitar jam 08.00 keesokan harinya setelah sarapan pagi, sebanyak 8 (delapan) orang dari anggota Tim Tarumanagara Adventure Club melanjutkan perjalanan untuk menuju puncak Gede, sementara yang lainnya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan menunggu di base camp karena berbagai pertimbangan teknis. Disinilah faktor keselamatan (safety) kurang dipertimbangkan oleh Tim yang berangkat menuju puncak. Mereka berangkat tanpa perbekalan air, makanan, dan perlengkapan standard seperti jas hujan dan baju hangat walaupun sudah diingatkan oleh Tim yang menunggu di base camp. Aturan dalam hal safety adalah kewaspadaan dan penanganan yang tepat bukan karena keberuntungan. Walaupun pada akhirnya Tim yang menuju puncak dapat mencapai Puncak Gunung Gede dan kembali ke base camp dengan selamat, tapi mereka mengalami kelaparan, kehausan serta kelelahan yang teramat sangat. Hal ini menjadi pelajaran akan pentingnya faktor keselamatan dalam melakukan aktifitas dialam bebas, sehingga tidak meremehkan hal-hal yang terkadang sepele namun sangat penting untuk keselamatan perjalanan. Setelah seluruh Tim berkumpul di base camp dan beristirahat, perjalanan turun menuju pos pendakian di Cibodas dilanjutkan dan tiba jam 18.00 WIB dimana mobil tronton yang mengantar kami menuju Cibodas sudah menanti. Tepat jam 19.00 WIB kamipun kembali menuju kampus Untar dengan segala kenangan selama mengikuti kegiatan junggle trekking.  Dari kegiatan junggle trekking tersebut dapat diambil suatu pelajaran yang sangat penting yakni :




1.      Kita harus dibekali dengan kemampuan untuk memilih, mengatur serta menggunakan perlengkapan dan perbekalan yang baik. Penguasaan keterampilan ini akan membantu kita mengatur teknik berjalan digunung, hutan maupun mengatur konsumsi makanan dan minuman.

2.      Diperlukan kemampuan fisik yang baik, sehingga selain kondisi tubuh yang sehat, juga diperlukan latihan fisik yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.

3.      Diperlukan mental yang siap untuk menghadapi kegiatan berat dialam.

4.      Diperlukan pemahaman yang baik terhadap kondisi alam yang akan dihadapi mencakup bagaimana memilih waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan dan bagaimana cara mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi

Jadi janganlah cepat merasa tua untuk melakukan aktifitas di alam bebas karena dengan persiapan yang matang dan rutin melakukan olah raga bukan suatu hal yang mustahil untuk dapat menjadi seorang petualang alam bebas sebagaimana yang telah dilakukan seorang pendaki gaek dari Jepang bernama Katsusuke Yanagisawa yang telah berusia 71 tahun dan dapat menaklukan puncak Everest pada tanggal 22 Mei 2007 yang lalu. Mari bergabung dalam Tarumagara Adventure Club, tidak ada kata terlambat untuk beraktifitas dialam bebas.  (referensi tulisan diambil dari Buku Teknik Dasar Hidup Dialam Bebas terbitan Wanadri)

Tidak ada komentar: